Selasa, 24 November 2015

Tips jika anda nekat resign

Kini makin banyak orang tidak betah bekerja di kantor. Selain banyak aturan ketat, teman kerja yang menyebalkan, atasan yang suka semau gue, kini di luaran ada banyak tawaran penghasilan yang lebih menggiurkan.

Adalah internet yang menawarkan penghasilan tidak terbatas. Asal kita kreatif, kita bisa mendapat penghasilan tidak terbatas dari internet. Pasalnya, internet menawarkan jasa iklan gratis jutaan orang dari seluruh penjuru dunia. Jika kita tidak bisa membuat produk, kita bisa menjual produk-produk yang ditawarkan di internet dengan cara reseller. Kita bisa jual produk orang lain kepada teman-teman atau rekan kita. Artinya, kita bisa jualan meski tidak mempunyai pabrik atau workshop produk.

Saya sendiri pernah mencoba bisnis es krim. Saya dapat informasinya dari adik saya yang saya tindaklanjuti informasinya di internet. Saya memesan es krim dari Surabaya lalu saya jual lagi di daerah saya. Hasilnya cukup lumayan, apalagi es krim ini termasuk jenis baru di daerah saya. Dan tentu saja belum ada saingan.

Tapi sekali lagi, untuk keluar alias resign dari kantor diperlukan keberanian yang luar biasa. Tidak semua orang berani mengajukan surat resign tanpa punya cadangan pekerjaan di luar. Apalagi, kita sudah berkeluarga, yang artinya kita harus bertanggung jawab penuh atas keuangan keluarga.

Nah, jika Anda nekat juga untuk resign, setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, setidaknya untuk meringankan beban keuangan keluarga, sekaligus menyiapkan mental. Berikut adalah tips bagi yang nekat resign dari perencana keuangan Prita Ghozie seperti dirilis di kompas.com.

1. Jangan langsung berhenti dari pekerjaan lama. Sekuat apa pun dorongan Anda untuk mencari pekerjaan baru, saya ingin Anda tetap realistis dan tidak berubah menjadi nafsu. Pertimbangkan siapa yang akan menanggung biaya kesehatan jika Anda berhenti bekerja, siapa yang akan membuat kontribusi ke DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) Anda, dan juga harus meningkatkan dana darurat.

2. Hitung ulang kebutuhan biaya hidup rutin dan komitmen pembayarannya. Bagi arus kas Anda dengan pos: komitmen pembayaran (cicilan), hidup rutin tetap (bayar listrik, uang sekolah anak, gaji ART, dll), hidup rutin variable (uang makan, belanja bulanan, dll). Silahkan gunakan kalkulator ZAPfin Check Up di situs www.zapfinance.co.id untuk ini.

3. Hidup dengan penghasilan 50 persen. Saat masih berpenghasilan, jangan gunakan gaji Anda untuk membiayai hidup keluarga. Coba kelola uang gaji suami saja untuk membiayai seluruh kebutuhan, termasuk pos investasi.

4. Lunasi atau kurangi utang. Tidak ada yang lebih menakutkan dibandingkan kehilangan sumber penghasilan untuk membayar cicilan utang. Oleh sebab itu, usahakan untuk mengumpulkan uang untuk mengurangi sisa saldo kredit agar cicilan bulanan berkurang. Kemudian, usahakan untuk tidak melakukan pembelian barang baru dengan sistem kredit.


Itulah tips yang cukup membuka mata dan hati dari Prita Ghozie. Saya jadi teringat teman saya yang akhirnya nekat mengajukan resign dari kantor. Lama kami berdiskusi, dan akhirnya ketemu kata kuncinya, dan akhirnya ia benar-benar nekat resign.




Mungkin kita bisa belajar dari pengalaman teman saya ini. Sebelum mengajukan resign, teman saya ini punya bisnis sampingan, yaitu jualan bunga. Yang namanya sampingan, tentu hasilnya juga berada di samping.


Tapi setelah dipikir-pikir, meski hasilnya sampingan, ternyata tetap bisa diandalkan. Artinya, jika dikelola secara maksimal, tentu hasilnya akan pindah ke depan, bukan lagi di samping. Dan benar saja, setelah ia resign dan mengurus maksimal usahanya, kini penghasilannya beberapa kali lipat dibandingkan dengan gajinya saat di kantor sebelumnya.

Bahkan, teman saya ini berhasil menambah beberapa aset secara  pesat yang tidak mungkin bisa dibeli saat masih bekerja di kantornya. Ia juga membuat turunan bisnis dari core bisnis utama. Jika sebelumnya ia hanya menjual bunga, kini ia menyewakan bunga hias dan jasa membuat taman.

Pengalaman yang bisa kita ambil dari teman saya ini adalah bahwa sebelum memutuskan untuk resign dari kantor, kita harus menyiapkan sumber penghasilan pengganti. Sekecil apapun sumber penghasilan itu, harus kita persiapkan dulu. Jika tidak, ibaratnya kita pergi berperang tanpa membawa senjata, pasti akan mudah kalah.


Banyak penulis buku yang memprovokasi kita agar segera keluar dari pekerjaan. Tapi sayangnya, para penulis buku itu hanya menuliskan kisah suksesnya saja. Hampir tidak ada penulis buku yang berani menulis bukunya ketika ia belum sukses. Jadi, jangan terprovokasi sebelum Anda menyiapkan segalanya di luar. Ingat, Anda tidak akan berhasil hanya dengan "semangat" saja. Anda juga perlu strategi menghadapi ketatnya persaingan di luar.


 

sumber : http://milirwae.blogspot.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar